Senin, 19 Oktober 2009

Perencanaan Peserta Didik

PERENCANAAN PESERTA DIDIK

Perencanaan dalam hal ini berbicara tentang banyak hal, yaitu :

ü Berbicara untuk waktu yang akan datang dan apa yang akan kita tuju

ü Berbicara tentang pengambilan keputusan, yaitu memilih alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang ada

ü Berbicara tentang sistematis ( berurutan ) yaitu menggunakan langkah dan prinsip tertentu misalnya prinsip ilmiah

ü Berbicara tentang apa yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan dengan hasil yang baik

Pengertian perencanaan itu sendiri adalah penentuan urutan tindakan, prakiraan biaya, dan waktu untuk mengelola peserta didik yang didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas yang wajar,bersifat efisien untuk tercapainya tujuan pendidikan.

Tujuan diadakan perencanaan adalah :

- Menentukan arah dan tujuan

- Menentukan apa yang akan dikerjakan

- Menentukan kapan dikerjakan

- Menentukan bagaimana cara mengerjakan

- Menentukan siapa yang mengerjakan ( job description )

Faktor eksternal yang mempengaruhi suatu perencanaan, yaitu :

* Analisis : industry dan market, competitor, political and regulatory, social, human resources, macro economic, tehnological

Faktor internal yang mempengaruhi suatu perencanaan :

* Analisis : financial, human resources assessment, marketing audit, operation analysis, ochen internal resources ( MIS, R dan D ) → research dan development

Untuk pendidikan, muatan perencanaan terdiri dari :

- Strategi

- Kebijakan yang ditentukan dan dilakukan

- Program apa yang akan dilakukan mis : ekstrakulikuler

- Prosedur , yaitu langkah – langkah untuk melakukan program

- Metode apa yang digunakan

- Sistemnya bagaimana

- Anggaran yang dibutuhkan

- Standar yang dibutuhkan

Materi dalam perencanaan peserta didik, yaitu :

- Rekrutmen

- Seleksi

- Penempatan

- Orientasi

- pengembangan

- Bimbingan dan Konseling

- Mutasi

- Fasilitas layanan

- Pemberhentian / redundansi

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN




Pertumbuhan dan Perkembangan

Manajemen Peserta Didik juga berkaitan dengan masalah Psikologi Perkembangan karena Manajemen Peserta Didik juga memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan masing – masing peserta didik. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan tidak dapat dipisahkan dalam diri setiap individu.

Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif mengenai aspek fisik / biologis. Pertumbuhan juga perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi – fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu. Sedangkan, Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani. Dapat juga dikatakan bahwa perkembangan adalah proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks.

Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sangat memiliki berbagai kebutuhan, yaitu Primer dan Sekunder. Dalam hal ini harus dapat dibedakan antara kebutuhan ( needs ) dan keinginan ( want ) karena kedua hal itu berbeda versi.

Aliran Psikoper

* Asosiasi dari John Locke, mengatakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas putih yang kemudian diisi dengan pengalaman. Pengalaman yang dimaksud dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Pengalaman Luar : pengalaman yang diperoleh dengan panca indera, yang menimbulkan “ sensations “

Contoh : saat bertemu seseorang yang kita suka, kita pasti merasa sangat senang

1. Pengalaman Dalam : pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri yang menimbulkan “ reflextion “

Contoh : saat mendengar sebuah berita baik maupun buruk, setiap orang pasti memiliki respon yang berbeda – beda.

* Aliran Gestalt, mengatakan bahwa setiap bagian itu sangat penting. Jika bagian – bagian itu sudah klop maka bisa dikatakan menjadi sebuah kesatuan.
* Aliran Sosiologis, mengatakan bahwa perkembangan adalah proses sosialisasi. Anak manusia mula –mulanya adalah bersifat sosial.

Perkembangan Intelek

Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language, istilah intellect berarti :

* Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti ; kecakapan mengamati hubungan – hubungan, perbedaan – perbedaan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan.
* Kecakapan mental yang besar, sangat intelegence
* Pikiran atau intelegensi

Ada dua karakteristik perkembangan intelektual dalam remaja, yaitu :

* Sifat deduktif hipotesis

Maksudnya, dalam menyelesaikan suatu masalah , seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran bersifat teoritis, kemudian menganalisis masalah tersebut, dan mengajukan cara – cara penyelesaian masalah itu.

* Berpikir Operasional juga berpikir Kombinatoris

Maksudnya, sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis.

Implikasi terhadap Pendidikan

- Merangsang untuk diskusi dan penulisan makalah

- Diusahakan munculnya minat jangka panjang , yaitu relevansi dengan kehidupan masa depan

- Materi pelajaran mengandung nilai – nilai yang bermakna bagi kehidupan ( intrinsik )

- Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif

- Peluang berekspresi dan berkarya

- Metode pembelajaran, yaitu keterampilan proses dan penemuan

Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan dengan orangtua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam dan di luar sekolah.

Minggu, 18 Oktober 2009

PARADIGMA BARU MANAJEMEN PENDIDIKAN

Pada awal perkuliahan pak AMril menjelaskan dan mengemukakan pendapatnya mengenai Paradigma baru Manajemen Pendidikan..menurut Beliau Untuk mengembangkan dunia pendidikan dibutuhkan beberapa informasi yang tentu saja akurat untuk mendukung pengembangan pendidikan menuju masa depan yang lebih baik. Selain itu, dunia pendidikan juga membutuhkan tenaga pendukung dari lembaga – lembaga terkait.

Untuk mencapai hal itu, sebelumnya perlu diketahui bagaimana sebenarnya paradigma baru dalam dunia pendidikan yaitu mengenai trend kini menuju masa depan dan bagaimana tuntutan terhadap kompetensi Sumber Daya Manusia.

* Paradigma baru dalam pendidikan mengenai trend kini menuju ke masa depan, yaitu :

1. Kompetitif

Untuk mencapai pendidikan yang lebih baik perlu diperhadapkan kepada persaingan – persaingan dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, kita harus memiliki kemampuan, kemauan dan sumber daya manusia.

2. Transparan

Setiap individu harus jujur dan objektif .

3. Spesialisasi

Setiap individu harus memiliki sesuatu kemampuan yang istimewa

dalam suatu bidang tertentu dan mampu untuk mengembangkan

bidang itu.

4. Profesionalisme

Setiap individu bisa menjaga etika bekerja sepenuh hati.

5. Dinamis

Setiap individu harus mampu dan berani bergerak atau membuat

perubahan. Sebelumnya, ada beberapa poin yang mempengaruhi

perubahan, yaitu : eksperimen – making mistakes, taking risk –

growing, dan breaking rules – inventing.

6. Adaptif

Setiap individu mampu menyesuaikan diri dan mempunyai inisiatif

* Tuntutan terhadap Kompetensi Sumber Daya Manusia dibagi atas :
1. Pengetahuan

Maksudnya adalah setiap sumber daya manusia harus memiliki pengetahuan konseptual yang integratif dan aplikatif yaitu orientasi pada solusi, inovasi, dan kreatifitas serta nilai – nilai universal( lintas budaya )

*
2. Keterampilan

Sumber daya manusia harus mampu dalam komunikasi multi budaya, pemanfaatan, dan pengembangan intelektual, emosional, dan daya juang.

*
3. Sikap / perilaku

Sumber daya manusia harus memiliki sikap / perilaku yang dinamis dan fleksiebel ; inisiatif dan proaktif ; inovatif dan kreatif ; serta mandiri dan survive.

Kedua hal di atas sangat mendukung pengembangan dunia pendidikan. Pendidikan dapat dikatakan baik jika raw input, instrumental input, dan environmental input dapat dipersatukan dan saling mendukung satu sama lain demi mencapai tujuan nasionaL

Selasa, 06 Oktober 2009

MOTIVASI BELAJAR

Motivasi Belajar
Oleh: AsianBrain.com

Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.

Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.
Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
• Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
• Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
• Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
• Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
• Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Stimulus motivasi belajar
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
• Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
• Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

Tips-tips meningkatkan motivasi belajar
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.

Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:
• Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.

Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.

Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.
• Belajar apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
• Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.

Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.

Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

"Resep sukses: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap." --William A. Ward

Minggu, 04 Oktober 2009

Pertemuan Ke 9 QUANTUM LEARNING


Quantum Learning

Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.

Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992)

Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.

Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.”

Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.

Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”

Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.

Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.

Sumber : Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik: (Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill); on line : Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id